Posts

Manusia Goa

Image
  Sejak saya kecil, banyak orang berkata kalau saya adalah anak yang pendiam, jarang berbicara, lebih suka menyendiri, dan anak yang penurut, gampang diatur. Semua yang mereka katakan itu benar, saya tidak menyangkalnya. Bahkan saat kuliah pun, teman-teman saya bercanda dengan menjuluki saya manusi a go a , karena jarang sekali keluar kamar, bicara pun seadanya. Bagi saya, diam adalah cara untuk membatasi zona nyaman saya, berbicara itu menguras energi, mengikuti alur pembicaraan itu melelahkan, khawatir kalau salah bicara, takut menyinggung orang, dan pikiran-pikiran lain yang terlalu berlebihan sampai saya sulit memutuskan membuka mulut.  Walau sekarang pikiran itu sudah sedikit bisa saya kendalikan, tetap saja, terkadang akan ada waktu dimana sifat itu kambuh. Kata orang, itu adalah ciri seorang introvert. Semenjak ramai beberapa tahun lalu tentang self diagnosis tipe kepribadian, saya sudah merasa kalau tipe kepribadian saya adalah memang introvert, tapi saya masih belum...

Baik-baik saja

Image
 

Hayes

Image
Memang cerita sukses bisa kita dapat dari mana saja. Contohnya semalam tadi, dalam mobil grandmax yang kaca depannya retak, dan suspensi mobil yang kasar membentak pohon perut tiap gagal menghindar lubang. Saya yang sedari tadi menengok arah jendela berhadapan dengan angin dan bergelut dengan mual, diajak ngobrol sopir rental itu. " Hari ini sebenarnya banyak penumpang yang mau naik," katanya. " Oh begitu bang," saya merespon seadanya. "Kalau tadi saya bawa Hayes, 16 orang itu sudah dimuat, cuma sayang, mau dipakai pemain bola ," " Oh iya," saya masih mencoba menerka dari dan mau kemana arah pembicaraan ini. " Komiu kalau ada 500, ambil saja 2 unit," " Apanya bang?," " Hayes," " Hayes apaan ya bang?," " Itu, mobil Hayes," " Ohh, Hi-Ace, Toyota Hi-Ace?," tanya saya mengkonfirmasi, akhirnya bisa nyambung. " Yaa, Hi-Ace!," " Kenapa memangnya bang?," " Saya tiap bula...

Malu dihadapan Tuhan

Image
Suara knalpot bocor dan siraman mentari pagi kembali dan kembali menarik jiwa saya yang selalu tertinggal 305 kilometer dibelakang. Pemandangan kota penuh keramaian, gedung-gedung bertingkat, hingga hiruk-pikuk kesibukan kota bahkan tak mampu mengisi hati saya yang kosong, bagai ember berlubang yang diisi air, bocor airnya kesana kemari, membasahi kedua mata, membanjiri rongga hidung, dan keluar menjadi ingus. Tidak pernah saya menyangka saya se-sentimental ini. Menjadi dewasa dan mengemban tanggung jawab, menjalani hidup sebagai seorang laki-laki, suami, dan Ayah, sambil nyambi menjadi seorang pemimpi. "Mimpilah yang tinggi, tinggi setinggi-tingginya", kata Ibu, "karena Ibu hanyalah seorang ibu, mimpi Ibu tidak menjadi nyata, Ibu tidak mendapatkan kesempatan", katanya lagi sambil mengeluarkan air mata haru melihat saya pertama kalinya dipanggil sebagai dokter di depan banyak anggota keluarga lain di hari saya bersumpah profesi, disampingnya, Ayah saya yang juga me...

Jalan-jalan di perjalanan baru

Image
Setiap awal perjalanan saya di tempat yang baru pasti akan selalu diuji dengan ragam keterbatasan. Tipisnya dompet dan sempitnya ruang gerak menjadi beberapa dari banyak ujian keterbatasan itu, dan saya sangat sadar bahwa itu sudah sepaket dalam sebuah risiko pilihan hidup. Saya memilih, dan sekarang saya menjalani. Namun, Tuhan memberikan kita ujian karena Ia tau bahwa kita mampu dan bisa mendapatkan pelajaran dan makna dari itu semua. Januari 2025. Saya memilih untuk melanjutkan perjalanan ke Gorontalo. Pilihan yang bahkan sampai sekarang mengundang tanya banyak orang. Teman, rekan kerja, mertua, bahkan saya sendiri. 5W1H beruntun keluar dari mulut mereka, dan hampir semuanya hanya bisa saya jawab dengan "Tuhan pasti akan berikan jalan kalau itu sudah rezeki saya", ambigu, abu-abu. Hari ini, saya duduk termenung, berteduh melihat hujan yang hampir tiap hari membasahi tana h kot a ini. Sudah kayaknya hampir 5 kilometer saya berjalan di sepanjang trotoar entah mau kemana. Be...

Anak yang pernah naik pesawat sendiri

Image
       Saya teringat pertama kali naik pesawat terbang sendiri. Kala itu ingin mengunjungi Ayah yang kerja nun jauh di balik cakrawala sana, tak terlihat, berbatas lautan, berbeda pulau, berbeda provinsi, berbeda waktu, saya yang di Manado masih jam 7, Ayah di Ternate sudah jam 8, disini masih sore, disana sudah malam. Saya masih menginjak SD waktu itu, masih seorang anak kecil yang di kalungi kartu bertulis jelas huruf kapital "UNACCOMPANIED MINOR (UM)". Kartu itu mengistimewakan saya, selalu ditemani, diantar ke pesawat naik mobil khusus, bukan bus kumal yang ramai, diberi makan, dan duduk di kursi paling depan, yang paling luas, priority seat Wings Air, pesawat kelas baling-baling yang selalunya naik turun ketika menabrak awan, entah karena manuver pilot yang jago atau memang bensinnya yang sudah mau habis pikir saya.      Entah mengapa, memori itu akan selalu terpanggil, keluar dari tempat persembunyiannya di otak-Amigdala-Temporal lobe. Setelah m...

Di tengah hujan

Image
     Di tengah hujan hari ini saya merenung. Memikirkan kembali masa depan negara, akhir alam semesta, saudara di Palestina, dan anak yang jatuh semalam. Tanah yang kian basah dan suara rintikan hujan menambah syahdu pikiran saya yang semakin berpesta pora memenuhi kepala. Mungkin efek kopi hitam yang diseruput sedikit-sedikit, yang entah kapan habisnya, membuat saya semakin tenggelam dalam lautan kemungkinan-kemungkinan fana.    Habis ini begini-begitu, besok ini, lusa itu. Kadang saat-saat seperti ini mampir tak disangka, terkadang saat buang air besar, terkadang saat di penghujung malam, terkadang saat motoran. Realita seakan undur diri menjauh, mengizinkan alam bawah sadar muncul sementara. Sejak kecil saya sering dibilang suka melamun, pamit dari keramaian, duduk sendiri sembari melihat mereka, mencari tempat di tengah dunia, apakah saya punya peran?, seperti seorang tokoh utama dalam sinetron India?      Hujan kali ini membuat saya ingin m...