Ledakan akhir tahun

Akhir tahun 2021. Langit bukan dihiasi kembang api yang berwarna warni. Melainkan ledakan maut dari salah satu fondasi bumi yang menjulang 3767 mdpl. Tidak mampu si gunung menahan muntahan isi perutnya. Kepulan awan hitam nan panas keluar mencapai langit. Menyelimuti langit biru kala itu. Lelehan lendir bumi berwarna merah mengalir mengikuti gravitasi. Membakar seluruh kampung yang ada di kaki-kakinya.

Kejadiannya baru 4 hari lalu. Tanggal 4 Desember 2021. Amukan Semeru memporak porandakan pijakannya. Tidak ada yang sebelumnya memprediksi. Datang secara tiba-tiba. Katanya memang sudah sering terasa gempa kecil. Tapi siapa yg menyangka waktu itu Semeru sudah memperingati. Akhirnya 13 orang menjadi korban dalam laporan awal. Ditemukan terkubur dalam puing dan tanah. Termasuk pasangan ibu anak yang menjadi berita. Tentang ibunya yang sudah tidak bisa berjalan dan anaknya yang tidak kuasa meninggalkan ibunya. Keduanya menemui ajal. Ditemukan terkubur dengan kondisi berdekapan.


Jembatan Gladak Perak namanya. Akses jalan Malang-Lumajang via Pronojiwo sudah putus. Jembatan perkasa yang terbangun akan besi dan aspal kalah melawan kuasa alam. Menyulitkan transpor logistik. Katanya runtuh terbawa banjir lahar. Akhirnya jurang sepanjang 192 meter itu ternganga. Tinggal dipasang pembatas supaya warga sekitar tidak mendekat. Namun tetap menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka. Sembari berharap bantuan dari sisi sebelah.


Mereka sekarang lari mengungsi. Ada yang sempat membawa bekal harta, ada juga yang hanya membawa baju di badan. Meninggalkan harta bendanya dalam rumah yang sudah tertelan abu vulkanik. Yang tampak jelas hanyalah genteng berwarna gelap seakan berkamuflase sebagai tanah. Jauh dari pusat bencananya untung ada kampung.  Berbagai tempat dijadikan sandaran pelepas lelah. Sekolah penuh bukan dengan siswa yang belajar. Melainkan mereka yang berbondong-bondong mencari tempat untuk istirahat. Masjid dan mushollah penuh bukan karena panggilan adzan, melainkan panggilan alam yang mengancam. Rasa panik yang menggebu ditelan para orang tua sekedar untuk menenangkan anak mereka. Kekhawatiran teramat sangat hanya untuk memikirkan makan apa hari ini.


Pemerintah sudah menurunkan pasukan gabungan untuk turun tangan. Prioritas utama adalah pengantaran logistik dan penyelamatan nyawa. Dibelakangnya ada para pemberi bantuan dari berbagai kelompok masyarakat. Menjadi momen akhir tahun sebenarnya. Tanpa melihat sisi bencana dan kerugiannya. Semeru berhasil menyatukan negeri, dan Indonesia kembali lagi dengan ciri khasnya, ‘bergotong royong’. Semoga saudara kita di Semeru diberikan perlindungan. Aamiin.


Sampai jumpa di tulisan selanjutnya.

Comments

Popular posts from this blog

Merogoh rupiah terakhir

Momen sederhana

BPJS pun angkat tangan