Cincin yang Longgar


April 2021. Hari pernikahan saya tinggal sebulan. Segala hal mulai dipersiapkan. Sekarang mencari cincin pernikahan adalah prioritas. Sampai sekarang belum didapat. Rencananya saya dan ayah saya akan mencari hari ini.  Katanya ada toko emas yang dipunya temannya. Nanti kita kesitu. Berharap harga yang didapat bisa sesuai dengan isi kantong.


Berangkatlah kita ke lokasi. Mencari cincin. Naik motor saja. Lebih mudah selap selip di kemacetan walau harus bergulat dengan teriknya matahari. Motor pun juga lebih gampang cari tempat parkir. Di Manado jalannya kecil-kecil. Kebanyakan juga jalan satu arah. Biasa harus putar berkali-kali kalau mau cari tempat. Susah. Apalagi lokasinya ini padat sekali. Terletak di kompleks toko emas Manado. Macetnya angkat tangan. 


Karena naik motor, waktunya tidak lama sampai. Hanya sekitar 15 menit. Tapi parkir jauh dari tokonya. Jalan kaki lagi. Nama toko emasnya -. Tempatnya bagus, bersih. Kelap kelip emas menghiasi lemari. Dilapisi kaca tebal. Kurang lebih 5 cm tebalnya. Mungkin kekuatannya cukup untuk melindungi dari hantaman benda yang keras. Di atas meja kacanya ada tampak kucing mainan. Tangannya bolak balik ke depan dan belakang. Menurut google fungsinya sebagai kepercayaan untuk mendatangkan lebih banyak pelanggan. Dindingnya dihiasi aksara cina. Wajar, pemiliknya seorang tionghoa. Tapi pemiliknya tidak terlihat. Yang menjaga hanya 4 orang perempuan, masih muda. Matanya cipit-cipit. Sangat lihai menilai perhiasan emas. Melihat pelanggan langsung dilayani, termasuk kami. “Ko’ ada?,” tanya ayah saya, membuka pembicaraan. “Ko’ sudah meninggal 5 tahun lalu,” jawabnya. Ayah saya kaget. Kaget karena temannya sudah meninggal. Saya juga, kaget. Kaget karena kok bisa ayah saya tidak tahu temannya sudah meninggal 5 tahun lalu. Ternyata pemilik toko ini adalah teman ayah saya 20 tahun lalu. Saat ayah saya masih aktif sebagai seorang wartawan. Mengambil berita tentang emas dari pemilik toko ini. Dulu sangat akrab. Sering diajak minum kopi sama-sama. Dari pemilik toko inilah ayah saya cukup tau dengan ilmu tentang emas. Bahkan cincin pernikahannya beli disini. Namun komunikasi mereka sudah terputus. Katanya terakhir kontak 10 tahun lalu. Makanya dia sudah tidak tau kabar temannya itu. 


Setelah bercakap-cakap, saatnya kami memilih. Untuk perempuan cari yang sederhana saja. Tidak banyak aksesorisnya. Jadinya pilih yang punya satu mata, kecil. Ukurannya 11. Harganya ditawar. Dapat murah karena dibayar dengan nostalgia. Ambilnya 5 hari paska dipesan. Laki-lakinya cari yang perak. Di toko ini tidak menyediakan. Akhirnya pergi ke teman ayah saya yang lain. Spesialis untuk buat cincin perak. Biasa di pesan untuk buat cincin batu akik. Tapi kali ini untuk cincin pernikahan. Buatnya yang polos. Tidak ada pernak pernik. Ukurannya 14. Pas di jari manis saya. Ambil besok.


Setelah jadi, cincin peraknya dicoba. Longgar. Padahal kemarin ukurannya pas. Kata bapak pembuatnya sengaja di lebarkan sedikit. Katanya nanti saya gemuk setelah menikah. Lebih baik longgar dari pada nanti kesempitan. Sama seperti pernikahan. Mungkin kurang pas di awal. Banyak sifat pasangan yang tidak sesuai ekspektasi. tapi berselang waktu pasti akan cocok juga. Akhirnya saya terima. Walaupun pada saat dipakai masih kelihatan bolongnya sedikit di jari. Yang penting nyaman. 


Sekarang sudah seminggu sejak cincin emas bersarang di jari manis istri saya. Terbalik dengan saya. Cincinnya sudah agak sempit. Jarinya lumayan berisi. Sampai sekarang katanya pengen diet. Terserah dia. Yang penting nyaman.


Sampai jumpa di tulisan selanjutnya.

Comments

Popular posts from this blog

Merogoh rupiah terakhir

Momen sederhana

BPJS pun angkat tangan