Mudik kali ini

 



    Sabtu. Tanggal 24. Bulan April. Tahun 2021. Hari ini pesawat saya boarding jam 12 siang. Dari Palu tujuan ke Manado. Transit Luwuk. Barang-barang saya sudah di packing. Hanya ada satu tas pakaian. Satu tas perangkat elektronik, dan satu tas kecil untuk buku bacaan. Buku itu berjudul DI’s Way. Pribadi-pribadi yang menginspirasi. Buku yang menurut saya cocok sebagai bacaan ringan. Menutupi rasa bosan duduk di kursi pesawat. Walaupun tidur mengisi sebagian besar waktu saya selama penerbangan. 

    Lebaran tahun lalu tidak saya lalui di kampung. Alasannya ada 2. Pertama karena masih mengenyam pendidikan. Kedua karena mulai meningkatnya angka kejadian Covid-19. Namun di tahun ini berbeda. Sudah tertanam gelar di nama saya. Untuk kasus Covid-19, sampai sekarang memang masih menjadi masalah. Inilah yang membuat saya mempertimbangkan pulang atau tidak. Tapi ada alasan saya untuk pulang selain untuk mudik. Alasan itu akan saya tulis di kemudian hari. Dengan bekal tadi, halangan itu pun saya terobos dengan menerapkan protokol kesehatan yang dianjurkan.

    Tidak lupa hasil negatif swab antigen saya bawa. Saya periksa 1 hari sebelum berangkat, sebenarnya ada juga tempat periksa swab dan rapid di dalam bandara. Pemeriksaannya juga tidak lama, sekitar 30 menitan. Swab antigen ini merupakan satu syarat wajib perjalan antar provinsi. Kalau rapid antigen hanya bisa dipakai antar kota, kata petugasnya. Pemeriksaan swab merogoh koceh 200 ribu. Dan lagi, hanya berlaku 1x24 jam. Bagi saya yang terbiasa makan mas joko, jaringan franchise restoran terbesar di Palu, harga ini terasa di kantong.  Namun, harga yang dibayar tidak seberapa untuk berkumpul dengan keluarga. 

    Semua tentengan siap dibawa. Tinggal pamit sama tante saya. Ma' Ci. Panggilan saya untuk dia. Sebenarnya tidak ada namanya tersematkan disitu. Ma' adalah panggilan untuk tante dari Manado. Ci' asal sebenarnya dari cici', artinya kakak. Beliau adalah kakak dari ayah saya. Beliau yang mengizinkan saya untuk tinggal di pavilion kecilnya. Gratis. Disediakan juga makanan sehari-hari. Baik sekali orangnya. Sekarang usia beliau sudah menginjak kepala 7. tinggal berdua dengan cucunya Mario yang sedang 'liburan', istilah lain dari sekolah online. Masih SMP kelas 2 di Gorontalo. Anak-anak ma' Ci ada 3 orang. 1 laki-laki dan 2 perempuan. Anak perempuannya semua sudah menikah. Dua-duanya ikut suaminya keluar Palu. Sedang anak laki-lakinya sudah meninggal saat masih bayi. Suami beliau juga belum lama ini sudah berpulang ke rahmatullah. Sekitar tahun lalu. Ma' Ci selalu berprinsip semua itu rencana Allah. Membuatnya selalu sabar dan tegar. Orangnya kuat. Tidak pernah menunjukkan keluh kesahnya. 

    Memang tidak lama saya tinggal dengan beliau. Namun, keikhlasannya sangat terasa. Banyak nasehatnya yang membekas. Berat rasanya meninggalkan beliau. Apalagi saya tidak sempat memberikan apa-apa padanya. Insya Allah saya diberikan kesempatan untuk membalasnya di lain waktu. Aamiin.

    Di bandara pemeriksaan selalu ketat. Pemeriksaan barang bawaan seperti biasanya harus melalui X-ray scanner. Apalagi ditambah dengan protokol Covid-19. Sebelum check-in terdapat pos pemeriksaan hasil swab. Pada saat check-in juga diperiksa hasil swab. Bahkan sampai naik pesawat diperiksa. Turun di tempat tujuan pun juga diperiksa. Ditambah harus mengisi kuisioner di aplikasi eHAC Indonesia. Aplikasi dengan rating bintang 1,5 ini bisa di download di app store sama google play. Kalau tidak bisa pakai aplikasi, disediakan juga lembar kuisionernya. Ketat memang. Protokolnya diterapkan sekali. Tapi saya selalu merasa aneh. Tidak ada kelihatan petugas yang berdiri memeriksa suhu seperti di bank atau mall. Setelah itu saya cari tau kenapa. Ternyata ada alat yang lebih canggih di bandara. namanya thermal scanner camera. Alat ini pakai kamera sensitif suhu. Perbedaan suhu tubuh nanti akan dikonversikan dengan perbedaan warna yang terlihat di monitor nanti. Alat ini juga digunakan saat kemarin wabah SARS tahun 2002. Jadi orang dengan gejala demam pun akan ketahuan. Sekali lagi, ketat.

    Mudik kali ini memang banyak tantangan. Kebijakan pemerintah juga tidak bisa dinilai salah. Keputusan mudik harus dipertimbangkan. Apakah ada urgensi atau tidak. Segala risiko kita bawa. Jangan sampai niat mudik tanpa mempertimbangkan hal-hal tersebut. Ngomong-ngomong, larangan mudik sudah berlaku secara efektif dari tanggal 6 - 17 Mei 2021. 

Sampai jumpa di tulisan selanjutnya.

Comments

Popular posts from this blog

Merogoh rupiah terakhir

Momen sederhana

BPJS pun angkat tangan